Senin, 27 Juni 2016

jurnal 1


Topik / tema    : PSAK
Judul               : Evaluasi Konseptual Atas PSAK No.26 serta Dampaknya Terhadap Sektor Properti
Nama Penulis : Aruna Wirjolukito

Dalam perkembangannya, isi dan dasar pemikiran PSAK no. 26 masih mengadopsi  konsep dari SFAS  no.  34 dan IAS  no.  23,  terbatas pada topik kegiatan konstruksi berkaitan dengan qualifying assets. PSAK no. 26 (1994) sendiri tidak bisa dikatakan merupakan produk baru, karena IAI sudah menerbitkannya dalam Pernyataan PAI  15 Februari  1988, yang dimasukkan sebagai bagian dari PAI  1984 yang mengacu pada FASB no. 34 dan IAS no. 23; dimana pada standar aslinya IASC mengatakan bahwa perusahaan diberi keleluasaan untuk memilih metode kapitalisasi ataupun expense, dan menerapkannya secara konsisten.
Dalam penyusunan standar, memang sejauh ini IAS menjadi acuan yang cukup penting. Tentu  saja  ada  banyak  pertimbangan  yang  mendasari  pemilihan  tersebut,  seperti pertimbangan efisiensi dan acuan pada era globalisasi. PSAK no. 26 (1994) mensyaratkan tiga alternatif untuk menampung balas jasa berupa bunga pinjaman selama periode konstruksi, sedangkan dalam revisinya tahun (1997) biaya pinjaman terdiri dari empat unsur, yaitu :
1.      bunga pinjaman jangka panjang dan pendek,
2.      amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
3.      amortisasi biaya yang terkait dengan pinjaman; seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee,dan
4.      selisih kurs atas pinjaman dalam valas atau premi kontrak valuta beijangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valas.
Keempat hal tersebut harus diperlakukan sebagai beban saat terjadi, kecuali bila dapat langsung distribusikan dengan perolehan, konstruksi, atau produksi dari suatu qualifying asset.

PENDEKATAN KONSEPTUAL
Investasi dalam Aset Modal
Untuk mengevaluasi proyek mana yang akan dipilih dalam investasi dana perusahaan, menurut Van Home dan Wachowicz (1998) dikenal empat alternatif metode yang dapat digunakan; yaitu : payback period, internal rate o f return, net present value, dan profitability index

Kualitas Karakteristik Informasi Akuntansi
Menurut  pervasive constrainthirarki kualitas informasi akuntansi manfaat yang dihasilkan jumlahnya harus lebih besar daripada biaya yang dikorbankan. Sedangkan kualitas khusus pengguna laporan keuangan adalah laporan keuangan tersebut harus dapat dipahami dan berguna untuk pengambilan keputusan.
Variabilitas  Penghasilan
Perusahaan yang mengkapitalisasi dan mendepresiasikan biaya (secara sistematis mengalokasikannya pada penghasilan) dari periode ke periode, akan menunjukkan pola pelaporan penghasilan yang lebih smooth.Perusahaan yang menerapkan expenseatas biaya saat teijadinya, akan memiliki fluktuasi varian yang lebih besar dalam pelaporan penghasilan. Varian tersebut akan menurun seiring dengan makin berkembangnya perusahaan atau perbesaran skala perusahaan.
Profitabilitas
Pada periode awal, melakukan pembebanan akan menurunkan profitabilitas, baik secara nilai absolut maupun relatif terhadap aset, penjualan, dan lainnya. Pada periode berikut, saat perusahaan yang menerapkan perlakuan  expensemulai mencapai kematangan, return on salesakan tetap rendah. Walau demikian, karena perusahaan melaporkan aset dan modal yang lebih rendah, maka hasil pengukuran ROA/ROE akan lebih tinggi dibanding perusahaan yang menerapkan kapitalisasi.

Kesimpulan :
Dalam hal implementasi konsep kapitalisasi, ada beberapa konsekuensi ekonomis terkait dengan penyajian dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Perbedaan pendapat yang tajam antar anggota dewan dimana Kirk, Block, dan Morgan’  mempertimbangkan bunga sebagai suatu biaya yang memiliki aturan yang berbeda dengan biaya bahan, biaya upah, dan servis-servis lain, yaitu bahwa :
1.      kas, sumber daya yang diperoleh melalui pembayaran bunga hutang, memiliki keunikan dalam hal karakteristik.
2.      biaya bunga adalah suatu returnpada pemberi pinjaman, atas modal yang mereka sediakan bagi perusahaan untuk suatu periode tertentu. Biaya bunga, seperti deviden, lebih terkait langsung dengan periode selama modal memberikan kenaikan manfaat.
Dalam PSAK no. 26 (1994), jelas disebutkan alasan pendukung mengapa alternatif dipakai. Sebagaimana dicantumkan terdapat tiga hal yang mendasari pemilihan ata s alternatif kapitalisasi biaya bunga. Pertama pertimbangan luas cakupan definisi biaya perolehan aset, yang mengikutsertakan seluruh biaya untuk menempatkan pada kondisi dan  lokasi  sesuai  maksud  tujuan.  Sebenarnya  pandangan  ini  tidaklah  tepat  secara keseluruhan,  karena pencatatan  suatu  aset  (terutama  aset  bukan  kas),  seperti  yang argumentasi tiga anggota dewan, diukur sebesar kas yang dikeluarkan. Atau dengan kata lain, pencatatan sebesar  costva/we-nya. kedua adalah dalam harga perolehan aset yang dibeli, bukan dikonstruksi atau diproduksi sendiri, telah mengikutsertakan biaya bunga yang terjadi selama periode konstruksi/produksi aset tersebut. Ketiga karena bunga ikut memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang, maka harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aset.

Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 1, No.2 , Desember 2004
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis Oleh     : N. Setyorini
Dosen              : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar