Senin, 27 Juni 2016

essai


Tugas Essai
Seorang mahasiswa lulusan sarjana jurusan akuntansi memiliki banyak peluang perkerjaan dibidangnya seperti menjadi seorang akuntan dan auditor. Namun dengan banyaknya lulusan-lulusan disetiap tahunnya dengan jurusan yang sama maka akan memperkecil seseorang untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jurusan dan dibidang yang mereka bisa sesuai dengan apa yang sudah didapat ketika kuliah. Dengan begitu seorang lulusan sarjana dituntut untuk memiliki skill dalam hal apapun itu , karena di zaman sekarang seperti ini pengalaman dan kemampuan yang lebih diutamakan . Bukan hanya itu saja sikap disiplin , rajin, tekun dan mandiri bisa dijadikan modal untuk memcari perkerjaan. Kita pun bisa menjadi seorang pengusaha untuk menciptakan pekerjaan sehingga kita juga bisa memberikan pekerjaan untuk orang yang membutuhkan. Jadi menjadi seorang sarjana akuntansi tidak boleh membuat kita berdiam diri atau hanya mencari perkerjaan sesuai dengan apa jurusan kita ketika kuliah . kita bisa mencoba pekerjaan-pekerjaan lainnya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki dan kita bisa terus belajar untuk mengembangankan apa yang kita miliki.


Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis Oleh     : N. Setyorini
Dosen              : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

jurnal 3


Topik / Tema   : Translasi Mata Uang Asing
Judul               : Exposure Translasi Akuntansi Perkembangan dan Dampak bagi Negara- Negara Asia
Nama Penulis  : Fitri Ella Fauziah dan Murharsito

Sejak 1950 lingkungan global dimana multinational corporation (MNCs) melakukan aktivitas bisnisnya telah tumbuh dengan sangat cepat. Perbandingan antara nilai ekspor dunia terhadap produk domestik dunia pada awal 1970 dan akhir 1990 telah meningkat dari angka satu berbanding delapan menjadi satu banding lima. Jumlah investasi asing langsung dalam perbandingannya dengan output dunia telah meningkat dari angka 5 persen menjadi 10 persen selama periode 1980-1996. Volume perdagangan untuk mata uang asing berkisar pada angka 1.500 milyar dollar per hari pada tahun1997.
Exposure translasi juga dikenal dengan exposure akuntansi, timbul karena laporan keuangan dari afiliasi di negara lain, biasanya berupa anak perusahaan atau cabang diluar negri harus diubah dalam mata uang negara asal MNCs untuk mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi. Jika terjadi perubahan nilai tukar sejak sebelum periode pelaporan maka dalam pelaporan ulang dari aktiva, hutang , pendapatan dan biaya, keuntungan dan kerugian dalam mata uang asing. Tingkat keuntungan atau kerugian yang mungin inilah yang dapat diukur dalam exposure translasi.
Translasi laporan keuangan untuk tujuan konsolisasi tidak mempengaruhi arus kas perusahaan multinasional, karena hal inilah sejumlah analis menyatakan bahwa exposure translasi tidak relevan. Sedangkan analis-analis yang lain berpendapat bahwa laporan keuangan konsolidsi mencerminkan kinerja sebuah perusahaan multinasional, maka exposure translasi menjadi relevan .
Metode yang digunakan untuk mengukur Exposure Translasi :
1.      Metode current / non-current
2.      Metode monetary / non-monetary
3.      Metode temporal
4.      Metode current rate
Kesimpulan :
Perkembangan perekonomian yang begitu pesat ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan multinasional corporation (MNCs) baik dinegara eropa maupun di asia yang membutuhkan translasi akuntansi untuk menyamakan laporan konsolidasu anatara anak perusahaan dengan induk perusahaan . exposure tranlasi mencerminkan exposure laporan keungan konsolidasi sebuah MNC terhadap pergerakan nilai tukar. Untuk mengukur exposure translasi, perusahaan-perusahaan multinasional dapat memprediksi laba dalam masing-masing valuta asing dan kemudian menentukan dampak potensial dari pergerakan nilai tiap valuta asinf terhadap valuta negara asal mereka.

Sumber :
Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis Vol.2 No.1 Maret 2005

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis Oleh     : N. Setyorini
Dosen              : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

jurnal 2


Topik / Tema   : Pelaporan Keuangan
Judul               : Kualitas Pelaporan Keuangan Berbagai Faktor Penentu dan Konsekuensi Ekonomis.
Nama   Penulis : Zaenal Fanani

Pengertian  kualitas  pelaporan  keuangan  hingga  saat  ini  masih  beragam, namun  pada prinsipnya pengertian  kualitas  pelaporan  keuangan  dapat  dipandangdalam dua sudut pandang. Pandangan pertama menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan  berhubungan  dengan  kinerja  keseluruhan  perusahaan  yang  tercermin dalam  laba  perusahaan.  Pandangan  ini  menyatakan  bahwa  laba  yang  berkualitas tinggi  terefleksikan  pada  laba  yang  dapat  berkesinambungan  {sustainable) untuk suatu periode yang lama.  Pandangan kedua menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan  berkaitan  dengan  kinerja pasar  modal  yang  diwujudkan  dalam  bentuk imbalan,  sehingga  hubungan  yang  semakin  kuat  antara  laba  perusahaan  dengan imbalan  menunjukkan  informasi  pelaporan  keuangan  yang  tinggi  (Ayres  1994). Pandangan  yang  sama  dilakukan  oleh  Schipper  (2004)  dengan  menyebutnya sebagai  atribut-atribut  berbasis  akuntansi  untuk  pandangan  pertama,  dan  atribut- atribut berbasis pasar untuk pandangan kedua.
Implikasi dari pandangan tersebut menunjukkan bahwa fokus pengukuran kualitas pelaporan keuangan perusahaan tersebut berkaitan dengan sifat- sifat pelaporan keuangan. Hubungan yang  semakin  kuat  antara  laba  dengan  imbalan  pasar  menunjukkan  informasi pelaporan keuangan tersebut  semakin tinggi. Dengan demikian kualitas pelaporan keuangan merupakan konstruk yang dapat  dianalisis  dalam  dua  pandangan,  yaitu  kualitas  pelaporan  keuangan  yang berkaitan dengan kas  dan laba itu  sendiri,  atau kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan  dengan  imbalan  saham.
Pengukuran  proksi  kualitas  pelaporan  keuangan  yang  digunakan  daiam penelitian ini terdiri dari relevansi nilai, ketepatwaktuan, konservatisme, dan atribut kualitas pelaporan keuangan baru yang merupakan hasil analisis atribut sebelumnya (kualitas pelaporan keuangan faktorial).
Metode Penelitian :
X1       = Siklus Operasi Perusahaan
X2       = Volatilitas Penjualan
X3       = Ukuran perusahaan
X4       = Umur Perusahaan
X5       = Kinerja Perusahaan
X6       = Likuiditas
X7       = leverage
X8       = klasifikasi Industri
X9`      = Beta
Y11     = Relevansi Nilai
Y12     = Keteparwaktuan
Y13     = Konservatisme
Y1       = Kualitas Pelaporan Keuangan Faktorial
Y2       = Informasi Asimetri

Hipotesis :
H1        : Terdapat perbedaan diantara atribut-atribut kualitas pelaporan keuangan perusahaan.
H2        : Semakin panjang siklus operasi perusahaan, maka akan semakin rendah kualitas  pelaporan keuangan.
H3        :Semakin tinggi volatilitas  penjualan  perusahaan, maka akan semakinrendah kualitas pelaporan keuangannya.
H4        : Semakin besar ukuran  perusahaan, maka akan semakin tinggi kualitas informasi pelaporan keuangan.
H5        :Semakin  lama  umur  perusahaan, maka akan semakin  tinggi  kualitas pelaporan keuangan.
H6        :  Semakin  baik  kineija  perusahaan,  maka  akan  semakin  tinggi  kualitas pelaporan keuangan
H7        :  Semakin  tinggi  likuiditas  suatu  perusahaan, maka akan  semakin tinggikualitas pelaporan keuangan.
H8        :  Semakin  tinggi  leverage  suatu  perusahaan, maka akan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan.
H9        :  Semakin tinggi risiko lingkungan perusahaan, maka akan semakin tinggi kualitas pelaporan keuangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada tujuan penelitian di atas dan hasil pengujian hipotesis-hipotesis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan:
a.       Hasil  pengujian  regresi  auxiliary R2  antar  ketiga  atribut  kualitas  pelaporan keuangan—yakni  relevansi  nilai,  ketepat  waktuan,  dan  konservatisme— menunjukkan  terdapat  perbedaan  diantara  atribut-atribut  kualitas  pelaporan keuangan dan tidak teijadi tumpang tindih (overlap)antar ketiga atribut kualitas pelaporan keuangan. Hal ini teijadi karena besaran tumpang tindihnya  (the degree of overlap)memiliki nilai yang tidak melebih 0,5. Hasil pengujian analisis faktor ketiga atribut di atas menghasilkan satu atribut kualitas pelaporan keuangan yang baru,  yang  disebut  kualitas  pelaporan  keuangan  faktorial.  Kualitas  pelaporan keuangan faktorial tersebut pembentukannya berasal dari dua komponen atribut, yaitu relevansi nilai dan konservatisme.
b.      Hasil  pengujian  faktor-faktor  penentu  kualitas  laba  menunjukkan  bahwa faktor-faktor  volatilitas  penjualan,  kinerja  perusahaan,  dan  klasifikasi  industri berhubungan positif terhadap kualitas pelaporan keuangan factorial. Sebaliknya, siklus  operasi,  ukuran  perusahaan,  umur  perusahaan,  likuiditas  dan  leverage tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
c.       Hasil pengujian konsekuensi ekonomis kualitas pelaporan keuangan,menunjukkan bahwa  kualitas  pelaporan  keuangan  faktorial  berpengaruh  signifikan  terhadap informasi asimetri.

Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 6 - Nomor 1, Juni 2009

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis Oleh     : N. Setyorini
Dosen              : Jessica Barus
Universitas Gunadarma

jurnal 1


Topik / tema    : PSAK
Judul               : Evaluasi Konseptual Atas PSAK No.26 serta Dampaknya Terhadap Sektor Properti
Nama Penulis : Aruna Wirjolukito

Dalam perkembangannya, isi dan dasar pemikiran PSAK no. 26 masih mengadopsi  konsep dari SFAS  no.  34 dan IAS  no.  23,  terbatas pada topik kegiatan konstruksi berkaitan dengan qualifying assets. PSAK no. 26 (1994) sendiri tidak bisa dikatakan merupakan produk baru, karena IAI sudah menerbitkannya dalam Pernyataan PAI  15 Februari  1988, yang dimasukkan sebagai bagian dari PAI  1984 yang mengacu pada FASB no. 34 dan IAS no. 23; dimana pada standar aslinya IASC mengatakan bahwa perusahaan diberi keleluasaan untuk memilih metode kapitalisasi ataupun expense, dan menerapkannya secara konsisten.
Dalam penyusunan standar, memang sejauh ini IAS menjadi acuan yang cukup penting. Tentu  saja  ada  banyak  pertimbangan  yang  mendasari  pemilihan  tersebut,  seperti pertimbangan efisiensi dan acuan pada era globalisasi. PSAK no. 26 (1994) mensyaratkan tiga alternatif untuk menampung balas jasa berupa bunga pinjaman selama periode konstruksi, sedangkan dalam revisinya tahun (1997) biaya pinjaman terdiri dari empat unsur, yaitu :
1.      bunga pinjaman jangka panjang dan pendek,
2.      amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman,
3.      amortisasi biaya yang terkait dengan pinjaman; seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee,dan
4.      selisih kurs atas pinjaman dalam valas atau premi kontrak valuta beijangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam dalam valas.
Keempat hal tersebut harus diperlakukan sebagai beban saat terjadi, kecuali bila dapat langsung distribusikan dengan perolehan, konstruksi, atau produksi dari suatu qualifying asset.

PENDEKATAN KONSEPTUAL
Investasi dalam Aset Modal
Untuk mengevaluasi proyek mana yang akan dipilih dalam investasi dana perusahaan, menurut Van Home dan Wachowicz (1998) dikenal empat alternatif metode yang dapat digunakan; yaitu : payback period, internal rate o f return, net present value, dan profitability index

Kualitas Karakteristik Informasi Akuntansi
Menurut  pervasive constrainthirarki kualitas informasi akuntansi manfaat yang dihasilkan jumlahnya harus lebih besar daripada biaya yang dikorbankan. Sedangkan kualitas khusus pengguna laporan keuangan adalah laporan keuangan tersebut harus dapat dipahami dan berguna untuk pengambilan keputusan.
Variabilitas  Penghasilan
Perusahaan yang mengkapitalisasi dan mendepresiasikan biaya (secara sistematis mengalokasikannya pada penghasilan) dari periode ke periode, akan menunjukkan pola pelaporan penghasilan yang lebih smooth.Perusahaan yang menerapkan expenseatas biaya saat teijadinya, akan memiliki fluktuasi varian yang lebih besar dalam pelaporan penghasilan. Varian tersebut akan menurun seiring dengan makin berkembangnya perusahaan atau perbesaran skala perusahaan.
Profitabilitas
Pada periode awal, melakukan pembebanan akan menurunkan profitabilitas, baik secara nilai absolut maupun relatif terhadap aset, penjualan, dan lainnya. Pada periode berikut, saat perusahaan yang menerapkan perlakuan  expensemulai mencapai kematangan, return on salesakan tetap rendah. Walau demikian, karena perusahaan melaporkan aset dan modal yang lebih rendah, maka hasil pengukuran ROA/ROE akan lebih tinggi dibanding perusahaan yang menerapkan kapitalisasi.

Kesimpulan :
Dalam hal implementasi konsep kapitalisasi, ada beberapa konsekuensi ekonomis terkait dengan penyajian dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Perbedaan pendapat yang tajam antar anggota dewan dimana Kirk, Block, dan Morgan’  mempertimbangkan bunga sebagai suatu biaya yang memiliki aturan yang berbeda dengan biaya bahan, biaya upah, dan servis-servis lain, yaitu bahwa :
1.      kas, sumber daya yang diperoleh melalui pembayaran bunga hutang, memiliki keunikan dalam hal karakteristik.
2.      biaya bunga adalah suatu returnpada pemberi pinjaman, atas modal yang mereka sediakan bagi perusahaan untuk suatu periode tertentu. Biaya bunga, seperti deviden, lebih terkait langsung dengan periode selama modal memberikan kenaikan manfaat.
Dalam PSAK no. 26 (1994), jelas disebutkan alasan pendukung mengapa alternatif dipakai. Sebagaimana dicantumkan terdapat tiga hal yang mendasari pemilihan ata s alternatif kapitalisasi biaya bunga. Pertama pertimbangan luas cakupan definisi biaya perolehan aset, yang mengikutsertakan seluruh biaya untuk menempatkan pada kondisi dan  lokasi  sesuai  maksud  tujuan.  Sebenarnya  pandangan  ini  tidaklah  tepat  secara keseluruhan,  karena pencatatan  suatu  aset  (terutama  aset  bukan  kas),  seperti  yang argumentasi tiga anggota dewan, diukur sebesar kas yang dikeluarkan. Atau dengan kata lain, pencatatan sebesar  costva/we-nya. kedua adalah dalam harga perolehan aset yang dibeli, bukan dikonstruksi atau diproduksi sendiri, telah mengikutsertakan biaya bunga yang terjadi selama periode konstruksi/produksi aset tersebut. Ketiga karena bunga ikut memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang, maka harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aset.

Sumber :
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 1, No.2 , Desember 2004
Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis Oleh     : N. Setyorini
Dosen              : Jessica Barus
Universitas Gunadarma