Kamis, 09 Mei 2013

TUGAS 4 - GIZI BURUK

“GIZI BURUK”



ABSTRAK

Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar belakang ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar.Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40% anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.Penyebab utama gizi buruk tidak satu. Ada banyak!. Penyebab utama kasus gizi buruk diIndonesia tampaknya karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicukasus gizi buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagianaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia. Dan juga faktor alam, manusiawi ( kultur social masyarakat setempat ), pemerintah, dan lain ± lain. Gizi buruk akut atau busung lapar menurut Sensus WHO menunjukkan 49% dari 10,4 jutakematian yang terjadi pada anak dibawah lima tahun di negara berkembang. Kasus kekurangangizi tercatat sebanyak 50% anak-anak di Asia, 30% anak-anak Afrika, dan 20% anak-anak diAmerika Latin. Dari kondisi tubuh balita yang menderita gizi buruk memiliki berat badan di bawah rata-rata, berat badan/umur Balita < 60 persen berada di bawah garis merah sehinggatergolong KEP berat. Ciri-ciri yang mudah terdekteksi pada tanda marasmus. Komponen biologi yang melatarbelakangi KKP antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi, dan diet rendah energi & protein.. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, jugatidak sedikit.Malnutrisi Primer Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan kurangnya asupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya  kekurangan energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun.Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat, perbandingan beratterhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan rambut. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosomatau kelainan bawaan jantung, ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.Asupan Gizi Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). 



BAB I
PENDAHULUAN

\


A. LATAR BELAKANG 

Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga ( kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya ), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan,dan kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalahgizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Masalah gizi diIndonesia terutama KEP masih lebih tinggi daripada Negara ASEAN lainnya ( Fajar, Ibnu, dkk.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Sekarang ini masalah gizimengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja melatarbelakangi  penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80%yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zatgizi, terlebih zat gizi mikro (Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta : Buku Kedokteran EGC ). Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsiyaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan giziyang tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi buruk (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknyamutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing ± masing orang.Jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani tenaga kesehatan ( Moehji,Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara ). Masalah gizi semula dianggap sebagai masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan medis/kedokteran. Namun,kemudian disadari bahwa gejala klinis gizi kurang yang banyak ditemukan dokter ternyataadalah tingkatan akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses lain yang mendahuluinya (Santoso, Soegeng, Ranti, Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta )Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Pengaruh giziterhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehubungan dengan terhambatnya pertumbuhan selotak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalamkandungan. Berbagai factor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan giziterutama pada balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat ( Moehji, Sjahmien. 1999. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhratara )Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir ³hendak makan dimana´ sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringatuntuk memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak ± anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak ± anak ternyata melampaui orang


B. LANDASAN TEORI

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses tumbuh kembang




BAB II
PEMBAHASAN 

PENGERTIAN GIZI BURUK

Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi. Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic yang meningkat. Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.


PENYEBAB GIZI BURUK

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh :

 a) Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi buruk. Timbulnya gizi buruk tidak hanya  dikarenakan asupan makanan  yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup banyak makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi buruk. Demikian pula dengan anak yang tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

 b) Penyebab tidak langsung

Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan masalah gizi yaitu:

1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah maupun mutu gizinya. 

2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial. 

3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan  air bersih dan sarana kesehatan dasar (Posyandu) yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. (Supariasa, 2002) 


KLASIFIKASI GIZI BURUK

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)

2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)

3. Berat badan <60% :  marasmus (MEP berat)

4. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)


TANDA-TANDA GIZI BURUK

Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U) dibandingkan dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian dicocokkan dengan  z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga  dilanjutkan dengan pengukuran LILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi buruk akut. Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu : 

1. Marasmus dengan tanda-tanda : 
  • Anak sangat kurus
  • Wajah seperti orang tua. 
  • Perut cekung 
  • Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit 
2. Kwashiorkor dengan tanda-tanda :
  • Edema di seluruh tubuH
  • Wajah membulat dan sembab
  • Rambut kusam dan mudah dicabut
3. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS ada juga istilah    BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita berada  dibawah  garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi kalau status gizi buruk balita pasti BGM.  (Abdur, 2008) 


PENATALAKSANAAN GIZI BURUK

1. Rumah Tangga 
  • Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya.
  • Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan 
  • Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun. 
  • Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan.  
  • Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila  balita mengalami sakit atau
 2. Posyandu
  • Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS.
  • Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan PMT Penyuluhan. 
  • Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM). 
  • Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain. 

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

 PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT Pemulihan anak balita.  

Layanan yang dapat diberikan adalah: 
  • Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani di PPG. 
  • Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.  
  • Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya. 
  • Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM) pada KMS, kader  memberikan PMT Pemulihan.  
  • Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari. 
  • Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari. 
  • Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.  
  • Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan. 

4. Puskesmas 
  • Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
  • Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS.  
  • Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan. 
  • Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG. 
  • Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain. 
  • Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum  
  • Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa komplikasi   
  • Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di pojok gizi buruk). 
  • Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu. 
  • Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu sekali. 
  • Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk. 
  • Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan asupan makanan




BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN

Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus / bakteri. Adapun penyebab dari gizi buruk adalah : Penyebab langsung karena Penyakit infeksi Penyebab tidak langsung 1. Kemiskinan keluarga2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah3. Sanitasi lingkungan yang buruk4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadaiSedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus), kurang protein (kwashiorkor) dan kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor ).





DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Gizi Buruk Faktor Penyebab, Masalah, ArtikelAdmin, 2008. 

Marasmus.http//www.library.usu.co.idAbdur. 2008. Gizi Buruk.http://www.pamekasan on the web.co.idSupariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. 

http://www.sarjanaku.com/2013/03/pengertian-gizi-buruk-faktor-penyebab.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar