Topik / tema : PSAK
Judul
: Evaluasi Konseptual Atas
PSAK No.26 serta Dampaknya Terhadap Sektor Properti
Nama Penulis : Aruna
Wirjolukito
Dalam
perkembangannya, isi dan dasar pemikiran PSAK no. 26 masih mengadopsi konsep dari SFAS no. 34
dan IAS no. 23,
terbatas pada topik kegiatan konstruksi berkaitan dengan qualifying
assets. PSAK no. 26 (1994) sendiri tidak bisa dikatakan merupakan produk baru,
karena IAI sudah menerbitkannya dalam Pernyataan PAI 15 Februari
1988, yang dimasukkan sebagai bagian dari PAI 1984 yang mengacu pada FASB no. 34 dan IAS
no. 23; dimana pada standar aslinya IASC mengatakan bahwa perusahaan diberi
keleluasaan untuk memilih metode kapitalisasi ataupun expense, dan
menerapkannya secara konsisten.
Dalam
penyusunan standar, memang sejauh ini IAS menjadi acuan yang cukup penting. Tentu saja
ada banyak pertimbangan
yang mendasari pemilihan
tersebut, seperti pertimbangan
efisiensi dan acuan pada era globalisasi. PSAK no. 26 (1994) mensyaratkan tiga
alternatif untuk menampung balas jasa berupa bunga pinjaman selama periode
konstruksi, sedangkan dalam revisinya tahun (1997) biaya pinjaman terdiri dari
empat unsur, yaitu :
1.
bunga pinjaman jangka panjang dan
pendek,
2.
amortisasi diskonto atau premium yang
terkait dengan pinjaman,
3.
amortisasi biaya yang terkait dengan
pinjaman; seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee,dan
4.
selisih kurs atas pinjaman dalam valas
atau premi kontrak valuta beijangka dalam rangka hedging dana yang dipinjam
dalam valas.
Keempat hal tersebut
harus diperlakukan sebagai beban saat terjadi, kecuali bila dapat langsung distribusikan
dengan perolehan, konstruksi, atau produksi dari suatu qualifying asset.
PENDEKATAN
KONSEPTUAL
Investasi
dalam Aset Modal
Untuk mengevaluasi
proyek mana yang akan dipilih dalam investasi dana perusahaan, menurut Van Home
dan Wachowicz (1998) dikenal empat alternatif metode yang dapat digunakan;
yaitu : payback period, internal rate o f
return, net present value, dan profitability index
Kualitas
Karakteristik Informasi Akuntansi
Menurut pervasive constrainthirarki kualitas
informasi akuntansi manfaat yang dihasilkan jumlahnya harus lebih besar
daripada biaya yang dikorbankan. Sedangkan kualitas khusus pengguna laporan
keuangan adalah laporan keuangan tersebut harus dapat dipahami dan berguna
untuk pengambilan keputusan.
Variabilitas Penghasilan
Perusahaan yang
mengkapitalisasi dan mendepresiasikan biaya (secara sistematis mengalokasikannya
pada penghasilan) dari periode ke periode, akan menunjukkan pola pelaporan
penghasilan yang lebih smooth.Perusahaan yang menerapkan expenseatas biaya saat
teijadinya, akan memiliki fluktuasi varian yang lebih besar dalam pelaporan penghasilan.
Varian tersebut akan menurun seiring dengan makin berkembangnya perusahaan atau
perbesaran skala perusahaan.
Profitabilitas
Pada periode awal,
melakukan pembebanan akan menurunkan profitabilitas, baik secara nilai absolut
maupun relatif terhadap aset, penjualan, dan lainnya. Pada periode berikut,
saat perusahaan yang menerapkan perlakuan
expensemulai mencapai kematangan, return on salesakan tetap rendah.
Walau demikian, karena perusahaan melaporkan aset dan modal yang lebih rendah,
maka hasil pengukuran ROA/ROE akan lebih tinggi dibanding perusahaan yang
menerapkan kapitalisasi.
Kesimpulan
:
Dalam hal implementasi
konsep kapitalisasi, ada beberapa konsekuensi ekonomis terkait dengan penyajian
dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Perbedaan pendapat yang tajam antar
anggota dewan dimana Kirk, Block, dan Morgan’
mempertimbangkan bunga sebagai suatu biaya yang memiliki aturan yang berbeda
dengan biaya bahan, biaya upah, dan servis-servis lain, yaitu bahwa :
1.
kas, sumber daya yang diperoleh melalui
pembayaran bunga hutang, memiliki keunikan dalam hal karakteristik.
2.
biaya bunga adalah suatu returnpada
pemberi pinjaman, atas modal yang mereka sediakan bagi perusahaan untuk suatu
periode tertentu. Biaya bunga, seperti deviden, lebih terkait langsung dengan
periode selama modal memberikan kenaikan manfaat.
Dalam PSAK no. 26
(1994), jelas disebutkan alasan pendukung mengapa alternatif dipakai.
Sebagaimana dicantumkan terdapat tiga hal yang mendasari pemilihan ata s
alternatif kapitalisasi biaya bunga. Pertama pertimbangan luas cakupan definisi
biaya perolehan aset, yang mengikutsertakan seluruh biaya untuk menempatkan
pada kondisi dan lokasi sesuai
maksud tujuan. Sebenarnya
pandangan ini tidaklah
tepat secara keseluruhan, karena pencatatan suatu
aset (terutama aset
bukan kas), seperti
yang argumentasi tiga anggota dewan, diukur sebesar kas yang
dikeluarkan. Atau dengan kata lain, pencatatan sebesar costva/we-nya. kedua adalah dalam harga perolehan
aset yang dibeli, bukan dikonstruksi atau diproduksi sendiri, telah
mengikutsertakan biaya bunga yang terjadi selama periode konstruksi/produksi
aset tersebut. Ketiga karena bunga ikut memberikan manfaat ekonomi di masa
mendatang, maka harus dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aset.
Sumber :
Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia. Vol. 1, No.2 , Desember 2004
Tulisan
ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis
Oleh : N. Setyorini
Dosen : Jessica Barus
Universitas
Gunadarma